Upaya Prolanis BPJS Kesehatan Menekan Gelombang Penyakit Kronis
12 jam lalu
Prolanis bukan sekadar program medis, tapi gerakan sosial untuk mengubah perilaku hidup peserta.
***
Di tengah meningkatnya angka penderita penyakit kronis di Indonesia, BPJS Kesehatan kembali menguatkan Program Pengelolaan Penyakit Kronis atau Prolanis. Program ini menjadi senjata utama lembaga tersebut untuk menahan laju penyakit tidak menular seperti diabetes melitus dan hipertensi, dua penyakit yang menyedot pembiayaan kesehatan nasional paling besar.
“Pada 2024, terdapat 20,5 juta peserta JKN yang mengidap hipertensi dan 7,4 juta lainnya menderita diabetes melitus. Biaya pelayanan kedua penyakit ini mencapai Rp30,5 triliun,” kata Lily Kresnowati, Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan, dalam talkshow Sehat Bersama Prolanis, Senin (20/10).
Menurut Lily, Prolanis bukan sekadar program medis, tapi gerakan sosial untuk mengubah perilaku hidup peserta. “Melalui pendekatan proaktif, peserta dengan penyakit kronis tetap bisa produktif dan menjalani hidup berkualitas,” ujarnya.
Hingga Agustus 2025, terdapat 4,8 juta peserta aktif Prolanis, dengan 3,3 juta di antaranya pengidap hipertensi dan 2,1 juta penderita diabetes. Di lapangan, mereka rutin menjalani pemeriksaan tekanan darah, gula darah, hingga fungsi ginjal, serta mendapatkan edukasi lewat klub Prolanis di berbagai fasilitas kesehatan.
Namun, keberhasilan program ini tak bisa bergantung pada BPJS Kesehatan semata. Mahesa Paranadipa Maikel, anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), menyebut Prolanis sebagai “investasi jangka panjang” bagi sistem JKN.
“Fokus promotif dan preventif menjadi langkah paling rasional untuk menekan pembiayaan penyakit katastropik seperti gagal ginjal dan stroke,” katanya.
Sementara itu, Siti Nadia Tarmidzi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, mengingatkan bahwa perubahan perilaku masyarakat adalah kunci.
“Sebagian besar masyarakat baru datang ke fasilitas kesehatan setelah sakit. Pola pikir itu yang harus diubah,” ucap Nadia.
Dari sisi pelaksana di lapangan, Grace Maria Kendek Allo, Kepala Klinik Cahaya Kebagusan, menyebut tantangan Prolanis bukan pada sistem, melainkan pada konsistensi peserta. Kliniknya yang sudah menjalankan Prolanis sejak 2015 kini mengandalkan pendekatan kreatif seperti senam bersama, edukasi terbuka, dan kegiatan sosial untuk mempertahankan antusiasme peserta.
Program Prolanis menjadi cermin pergeseran paradigma sistem kesehatan nasional: dari kuratif menuju preventif. Di tengah ancaman penyakit kronis yang terus mengintai, BPJS Kesehatan berupaya menjaga satu hal yang paling mahal di republik ini — kesadaran untuk tetap sehat sebelum terlambat.
Foto: Dok. BPJS Kesehatan
Sumber: BPJS Kesehatan, Kemenkes RI, DJSN
Reporter: M. Hikmal Yazid

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler